Kamis, 06 Maret 2014

Sananta Sela

Ada nama yang hampir sama kedengaran di telinga yaitu Swana Santa dan Sananta Sela. Kedua-duanya sampai sekarang juga belum tahu artinya. tetapi kedua-duanya ada dalam lingkaran kami sehari-hari. Yang Swana Santa adalah tempat saya bekerja saat ini, yang Sananta Sela adalah tempat yang tak asing bagi keluarga kami. namun akhir-akhir kurang ada pertautan lebih erat seperti tiga tahun yang lalu. Awal perkenalan dengan Sananta Sela adalah undangan dari Romo Budi untuk menghadiri perayaan HUT Sananta Sela, dan seterusnya komunikasi berlangsung amat baik. Waktu kami sekeluarga pindah Rumah di Buntu, setiap Romo Budi memimpin Misa di Kroya kami selalu diampiri dan berangkat bersama-sama. Waktu itu anak-anak masih klas V dan IV SD. Perlu diketahui bahwa anak kami ada 3 laki-laki semua. Yang kecil adalah anak kembar. Suatu waktu Romo Budi menawarkan pada anak saya untuk live in di Sananta Sela. Kami menyambut dengan gembira ajakan Romo Budi. Pada kesempatan libur sekolah kami menitipkan ketiga anak saya di Sananta Sela. Selama tiga hari anak-anak bersama frater hidup bersama di Sananta Sela. Banyak hal yang diceritakan anak kami setelah live in. Dari berdoa bersama, makan bersama sampai mencabut rumput, membersihkan halaman bersama. Suatu kehidupan yang meletakkan dasar-dasar kerohanian. Selanjutnya dari ketiga anak kami secara pribadi ingin melanjutkan ke seminari. Apakah hal ini disebabkan pengalaman live in anak kami di Sananta Sela atau  bukan sampai sekarang kami kurang mengetahui. Walaupun pada akhirnya anak kami tidak dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, namun pengalaman di Sananta Sela dan di seminari sangat memberi arti pada kehidupan anak kami sekarang ini. Kemandirian dan ketaatan untuk hidup yang baik dan sederhana masih melekat dalam diri anak kami. Hal ini bisa dilihat dari kehidupan sehari-hari waktu sekolah. Uang saku anak kami tidak berlebihan, bahkan makanpun sangat sederhana.Mungkin hal ini merupakan kebanggaan bagi kami sebagai orang tua atau mungkin dapat dikatakan sebagai kesombongan, tetapi kami menyadari bahwa bimbingan dan pendekatan awal dari Sananta Sela telah memberi dasar yang kuat bagi kami dan keluarga.Berurut-turut hubungan kami tidak putus walaupun Magister silih berganti. Dari romo Budi, Romo Anis, Romo Jemy, samapi sekarang Romo Sam dan Romo Bery. Kami mengucapkan Selamat berulang tahun ke 50 Tuhan memberkati.
Agus Wiatma dan keluarga

Bimbingan



Iri hati

Terhimpitnya kebutuhan sehari-hari menjadikan manusia selalu melihat dan membandingkan dengan kehidupan sekelilingnya. Ada yang merasa cukup puas dengan kehidupan yang ada tanpa melihat orang lain. Bersyukur dengan apa yang didapat sesuai dengan talentanya. Ada yang berpenghasilan besar tetapi merasa tidak cukup dan selalu serakah dan mengambil hak-hak orang lain. Dalam suatu perusahaan atau institusi, banyak pekerja yang bekerja keras, tetapi penghasilannya sedikit. Yang tidak bekerja keras bahkan seakan hanya supervisi dan berjalan-jalan gajinya lebih besar. Sikap dan perilaku pekerja harus empan papan, supaya tidak memberikan sikap iri hati bagi pekerja lain. Kalau masing-masing sadar akan posisi dan proporsinya, sebetulnya tidak ada yang iri hati. Keadaan di Indonesia yang memberi upah pekerja dan manajer dengan lebar range yang besar inilah yang memicu ketidak adilan. Ada pekerja yang bekerja dengan upah UMR dan ada yang bekerja dengan upah 200 kali lipat UMR. Sangat menyedihkan melihat range ini, tapi apa boleh buat, roda terus berputar, yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Nah maka pinter-pinterlah jadi karyawan, tahu posisi kita dan jangan membuat iri hati orang lain ataupun jangan kita iri hati terhadap orang lain. Demikian Salam dari agus wiatma

Jumat, 27 September 2013


Bolak-balik Rapat

Rapat
Agenda yang harus dilaksanakan dan paling ngga seneng adalah rapat. Mungkin kalau rapat menghasilkan sesuatu yang pasti akan menyenangkan dan implementasinya terus dilaksanakan. Yang terjadi justru sebaliknya, bolak-balik rapat, sudah sampai tengah jalan mentah lagi, ulang lagi, mentah lagi. Kalau diomong ngga mau, otak nih dah ngga beres. Mbok yo tujuan itu harus pasti, waktu juga harus pasti. Sudah telat datangnya ngomongnya minta diperhatikan, memaksakan kehendak lagi. Nih budaya sudah saya alami bertahun-tahun ngga ada perubahan. Yang muda ikutan yang tua sami mawon.Sementara atau sementahun saya berpikiran positip terus, mencoba mengerti akan sikap-sikap seperti itu. Perubahan memang harus diupayakan terus menerus tidak usah ada pembatasan waktu. Bagaimana sikap kita?, nikmati dan jalani saja, kalau tidak berubah, yah memang jamannya. Ingat Reformasi sudah berapa tahun, hasilnya NOL besar. Lho kok nglantur kemana-mana.
Sudah ya, Hidup Rapat,..rapat..rapat, yok kita rapat, minimal kita bisa  medang sambil makan snack, syukur-syukur ada makan siang.
Salam dari Wiatma